Kisah Teladan Umar Bin Khattab
Kisah Teladan Umar Bin Khattab
Khalifah Umar Bin Kattab adalah sosok tegas dan berwatak keras. Jika dibandingkan dengan ketiga sahabat utamanya; yakni Abu Bakar yang bijak dan bersajaha, Ustman yang sangat pemalu, dan Ali yang terkenal sangat ceria, maka sosok Umar merupakan pribadi yang sangat kontras. Secara fisik dia sangat tinggi besar dan gagah menjulang. Orang-orang menyebutnya sebagai Singa Padang Pasir karena kecakapannya dalam berkelahi dan tidak ada yang ditakuti oleh Umar. Setiap kali berkelahi, Umar selalu menang dan tidak ada yang berani melawan Umar. Tentu saja, semua itu adalah sebelum Umar masuk Islam. Ketika Umar masuk Islam, ketegasan Umar digunakan untuk menegakkan kalimat Allah.
Sungguh berbeda memang perilaku Umar ketika belum masuk Islam dan sesudah masuk Islam. Betapa Umar yang keras dan mudah sekali marah, menjadi lembut dan mudah sekali menangis ketika masuk Islam. Tetapi kelembutan Umar tidaklah berarti sikap Umar menjadi seperti wanita. Sikap lembut ini lebih kepada hatinya yang mudah tersentuh sehingga sering membuatnya menangis. Apalagi ketika Umar teringat dengan tingkah lakunya sebelum masuk Islam yang tega mengubur hidup-hidup anak perempuannya sendiri karena malu mempunyai keturunan perempuan. Walaupun lembut, tetapi Umar tetap tegas dalam menegakkan hukum Islam. Siapa saja yang berani menghalangi Nabi dalam berdakwah akan berhadapan dengannya.
Kelembutan hati Umar ini tidak lain adalah karena Umar sering mendengarkan bacaan Al Quran. Karena mendengarkan Al Quran tersebutlah, Umar mendapatkan hidayah kemudian masuk ke dalam agama Islam. Masuknya Umar ke dalam agama Islam tentu saja merupakan keuntungan tersendiri bagi kaum muslimin saat itu karena Umar adalah sosok yang berpengaruh dan disegani oleh orang-orang Arab saat itu.
Perumpamaan Umar dengan Abu Bakar adalah, jika dalam shalat berjamaah menjadi imam Abu Bakar selalu saja sibuk dengan kain sarungnya yang melorot karena badannya yang kecil, sementara ‘Umar pernah membuat tiga orang makmumnya terjengkang gara-gara ‘Umar bersin saat memeriksa barisan shalat.
Ketegasan dan keberaniannya inilah yang memulai aksi show of force dakwah Islam yang semula masih sembunyi-sembunyi menjadi terang-terangan. Betapa kemudian ‘Umar benar-benar seperti singa yang lapar jika sedang bertarung. Namun demikian, hal ini tidak menjadikannya sombong kepada sesama muslim apalagi berbuat durhaka kepada rakyatnya saat ia menjabat sebagai khalifah menggantikan Abu Bakar.
Kisah Teladan Sahabat Nabi - Gelar Amirul Mukminin
Setelah Abu Bakar meninggal, Umar diangkat menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar. Pengangkatan ini bukannya Umar sendiri yang meminta, tetapi orang-oranglah yang mengangkat Umar karena tidak ada lagi yang berhak menggantikan Abu Bakar selain Umar.
Umar pun dengan berat hati menerima tugas sebagai khalifah. Saat menyampaikan pidatonya, Umar mengatakan bahwa jika dia melenceng dari agama, Umar meminta agar dia diingatkan agar kembali ke jalan yang benar. Jika perlu menggunakan pedang. Dan memang apa yang dikatakan Umar tersebut bukanlah isapan jempol belaka karena saat menjalankan pemerintahan, Umar sangat teguh memegang ajaran Islam dan tidak pernah memihak satu golonganpun jika harus memutuskan suatu perkara.
Sifat Umar ini adalah sifat pemimpin yang jauh berbeda dengan pemimpin bangsa saat ini yang saling menjatuhkan dan berebut kekuasaan. Janji-janji yang disampaikan hanyalah isapan jempol belaka karena saat pemimpin tersebut terpilih, malah sibuk mengurusi kepentingan golongannya sendiri. Sungguh pemimpin seperti Umar ini sangatlah dibutuhkan oleh bangsa Indonesia saat ini.
Jangan lagi ditanyakan bagaimana loyalitas dan pengorbanan sosok ‘Umar pada saat ia menjabat sebagai khalifah. Beliau adalah sosok tauladan pemimpin yang tak akan ditemui pada masa sekarang. Segala kepentingan rakyat di atas segala-galanya termasuk kepentingan pribadinya. Umar adalah simbol keadilan, mau mengorbankan diri, baik harta dan jiwanya sendiri.
Maka tak berlebihan jika kemudian Umar mendapat gelar Amirul Mukminin, pemerintahnya orang beriman. Sebagai pemimpin ia adalah lelaki yang menjauhi kemewahan duniawi. Ia tidak memperkaya diri dari jabatannya yang ia sandang. Lebih baik anak dan istrinya kelaparan, dari pada rakyat yang lain tidak makan. Bahkan, dalam menjalankan pemerintahannya, Umar memilih untuk berada di bawah pohon kurma daripada di istana yang megah. Sungguh tidak bisa dibandingkan dengan pemimpin bangsa ini yang selalu saja membangun istana untuk tempat tinggalnya.
Kisah Teladan Sahabat Nabi - Pribadi Bersahaja
Pada masa pemerintrahan Umar, kekeringan mengepung negerinya. Tanah-tanah menghitam bagai terbakar, pepohonan kering meranggas, dan air dalam sumur tak lagi melimpah. Umat Islam saat itu mengalami masalah ekonomi yang pailit. Sebagai bentuk keprihatinan dan kebersahajaannya, Umar pun mengurangi diri sendiri dari nikmatnya makan minum. Ini dilakukan Umar agar ia bisa merasakan penderitaan yang rakyat rasakan.
Konon selama itu ia hanya makan cuka dan minyak goreng. Seringnya mengkonsumsi makanan tersebut, menjadikan wajahnya tak bercahaya dan nyaris menghitam, padahal semua orang tahu bahwa paras awal wajah Umar adalah tampan oleh kulitnya yang putih bersih. Hingga pada suatu saat, rakyatnya dibuat kagum karena ‘Umar berpidato dengan pakaian yang penuh dengan tambalan di sana-sini sebanyak 12 lubang.
Sungguh sosok pemimpin yang bisa merasakan apa yang dirasakan oleh rakyatnya dan bisa berempati dengan penderitaan yang dialami rakyat. Kalau saja Indonesia dipimpin oleh orang seperti beliau, tentulah negeri yang kaya raya ini semua rakyatnya akan makmur dan kemakmuran tidak hanya dirasakan oleh segelintir orang seperti yang saat ini terjadi.
Yang paling terkenal dari perjalanan Umar adalah saat ia melakukan inspeksi mendadak tengah malam pada rakyatnya. Saat itu didapatinya seorang ibu yang sedang merebus batu untuk menenangkan anak-anaknya yang lapar. Saking lamanya batu yang dimasak tersebut hingga membuat anak-anak dari ibu tersebut tertidur karena kecapekan. Umar kemudian bertanya kepada ibu tersebut. Karena tidak tahu bahwa yang mengajaknya adalah Umar sang Khalifah, bu tersebut mengatakan bahwa semua yang terjadi padanya karena pemimpin yang tidak bisa memimpin rakyat sehingga rakyatnya kelaparan. Umar yang masih menyembunyikan identitasnya kaget dan merasa bersalah karena si perempuan itu mengatakan bahwa pemimpinnya telah melalaikan dirinya.
Malam itu juga Umar mendatangi gudang makanan dan meminta pembantunya menaikkan sekarung tepung dan lemak ke punggungnya. Lalu Umar berjalan sekian lama dengan memanggul bekal makanan. Tak sampai di situ, Umar pun memasakkan makanan untuk anak-anak si ibu tersebut hingga mereka bisa tenang dan tertidur. Saat tahu bahwa orang yang membawakannya beras adalah Umar, sang ibu tampak sangat terharu dengan kedermawanan Umar dan sangat berterima kasih kepada Umar. Sosok Umar adalah kisah teladan sahabat nabi yang amanat dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah. Semoga pemimpin bangsa ini bisa meneladani beliau.
0 komentar:
Posting Komentar